BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian
awal Al-Qur’an, Allah SWT mengelompokkan umat manusia kedalam tiga golongan,
yakni: Mukmin, Kafir, dan Munafik. Allah SWT menjelaskan ciri-ciri orang
beriman (mukmin) secara sangat ringkas. Lalu, ciri-ciri orang kafir cukup
dijelaskan dengan satu ayat. Kemudian dilanjutkan dengan menguraikan ciri-ciri
orang munafik secara panjang-lebar. Golongan munafik dibahas dengan sangat
panjang karena mereka adalah golongan yang paling berbahaya di masyarakat. Oleh
karenanya, sangatlah perlu kita mengenali ciri-ciri dan nasib mereka ini.
Perlu dicatat
bahwa penggolongan ini didasarkan atas apa yang menjadi keyakinan dan bagaimana
mereka menjalaninya tanpa memandang warna kulit, bentuk kesaksian/syahadat–nya,
asal-usul, bahasa, bangsa, maupun afiliasi teritorialnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Nifaq
Nifaq merupakan sebuah penyakit yang ganas dan berbahaya bahkan
lebih berbahaya dari penyakit AIDS dan HIV, ia dapat menghinggapi di hati
setiap muslim, dan penyebab utama mudah terjangkiti penyakit ini dikarenakan
ketiadaan iman dan kurangnya pemahaman yang benar tentang Islam. Orang yang
terjangkiti virus nifaq ini, disebut munafiq.
Secara istilah syari’at nifaq adalah : “Menampakkan keIslaman dan
Kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kefasikan”. Nifaq terbagi
menjadi dua jenis yaitu nifaq I’tiqodiy dan nifaq amaliy
1.
Nifaq I’tiqodiy
(keyakinan).
Nifaq
I’tiqadiy adalah nifaq besar, di mana pelakunya menampakkan ke-Islaman, tetapi
dalam hatinya tersimpan kekufuran dan kebencian terhadap Islam. Jenis nifaq ini
menyebabkan pelakunya murtad, keluar dari agama & khirat kelak ia akan
berada dalam kerak Neraka. Allah berfirman:
”Sesungguhnya
orang-orang munafik berada dalam kerak Neraka.” (QS. An-Nisa : 145)
Allah swt
mensifati orang-orang munafik dengan banyak sifat, diantaranya kekufuran, tiada
iman, mengolok-olok dan mencaci maki agama, seperti dalam firman Allah :”Mereka
juga mengata-ngatai agama dan pemeluknya, serta kecenderungan kepada
musuh-musuh agama untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam.
Orang-orang munafik jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih-lebih
ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu membendungnya secara
lahiriyah. Dalam keadaan seperti ini mereka masuk ke dalam Islam untuk
melakukan tipu daya terhadap kaum muslimin secara tersembunyi, juga agar mereka
bisa hidup bersama umat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda
mereka. Al hasil mereka masuk Islam hanya untuk kepentingan mereka,
menyelamatkan harta benda dan nyawa mereka. Karena itu, seorang munafik
manampakkan keimanannya kpd Allah, malaika-malaikatNya, kitab-kitab Nya dan
hari akhir, tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri dari semua itu dan
mendustakannya. Allah swt berfirman:
Dan di antara
manusia ada yang mengatakan ; Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir’ padahal
mereka tidak beriman.” (Al-Baqoroh ayat 8).
Nifaq jenis ini
ada empat macam :
a.
Mendustakan
Rasulullah saw atau mendustakan sebagian dari apa yg beliau bawa.
b.
Membenci
Rasulullah saw atau membenci sebagean apa yang beliau bawa.
c.
Merasa gembira
dengan kemunduran agama Rasulullah saw.
d.
Tidak senang
dengan kemenangan agama Rasulullah saw.
2.
Nifaq ‘amaliy
(perbuatan)
Nifaq ‘amaliy
yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi
masih tetap ada iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkannya dari
agama, namun merupakan washilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya
berada dalam keadaan iman dan nifaq, dan jika perbuatan nifaqnya lebih banyak
maka hal itu bisa menjadi sebab terjerumusnya dia ke dalam nifaq sesungguhnya,
berdasarkan hadits Nabi saw :
عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلم قالَ: أَرْبَعٌ
مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وِمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَة
ٌمِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا وَعَدَ
أَخْلَفَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَاخَاصَمَ
فَجََرَ (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abdullah
ibn ‘Amr bahwa Nabi Saw bersabda: “Empat sifat yang barang siapa
mengerjakannya, maka ia menjadi munafik tulen, dan barang siapa yang melakukan
salah satu dari empat sifat itu, maka di dalam dirinya terdapat sifat nifak
sehingga ia meninggalkannya, yaitu: (1) apabila dipercaya, ia berkhianat, (2)
apabila berbicara, ia dusta, (3) apabila berjanji, ia tidak menepati, dan (4)
apabila bertengkar, ia curang (mau menang sendiri) (HR al-Bukhari dan Muslim).
B.
Tanda-Tanda Orang Munafik
“Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Yang pertama, apabila
berkata-kata, dia berdusta. Kedua, apabila dia berjanji, dia ingkari. Ketiga,
apabila diberikan amanah (kepercayaan), dia khianati.”
Berikut adalah ciri-ciri orang munafik menurut Islam.
1.
Dusta
2.
Khianat
3.
Fujur dalam pertikaian
4.
Ingkar janji
5.
Malas beribadah
6.
Riya'
7.
Sedikit berzikir
8.
Mempercepat solat
9.
Mencela orang-orang yang taat dan soleh
10. Mengolok-olok
al-Quran, as-Sunnah, dan Rasulullah s.a.w.
11. Bersumpah palsu
12. Enggan berinfak
13. Tidak
menghiraukan nasib sesama kaum Muslimin
14. Suka
menyebarkan khabar dusta, senang memperbesar peristiwa atau kejadian
15. Mengingkari
takdir, selalu membantah dan tidak redha akan takdir Allah s.w.t.
16. Mencaci maki
kehormatan orang-orang soleh
17. Sering
meninggalkan solat berjamaah
18. Membuat
kerusakan di muka bumi dengan dalih mengadakan perbaikan
19. Tidak sesuai
antara zahir dengan batin secara zahir
20. Takut terhadap
kejadian apa saja
21. Beruzur dengan
dalih dusta
22. Menyuruh
kemungkaran dan mencegah kemakrufan
23. Bakhil dalam
masalah kebajikan
24. Lupa kepada
Allah s.w.t.
25. Mendustakan
janji Allah s.w.t. dan RasulNya
26. Lebih
memperhatikan zahir, mengabaikan batin
27. Sombong dalam
berbicara
28. Tidak memahami
masalah-masalah agama
29. Bersembunyi
dari manusia dan menentang Allah dengan perbuatan dosa
30. Senang melihat
orang lain susah, susah bila melihat orang lain senang
C.
Penyebab Terbentuknya Sifat Munafik
Penyakit nifaq/munafik
ini akan bertambah parah disebabkan oleh beberapa hal :
o
Akibat keraguan dan
keburaman mereka terhadap prinsip agama. Maka penyakit ini akan bertambah
manakala menerima kabar tentang cabang-cabang dan hukum-hukum agama, maka
kegelapan dan penyakit hari mereka akan bertambah parah.
o
Penyakit ini akan
bertambah parah akibat banyaknya wahyu Allah yang membongkar borok dan
kejahatan mereka.
o
Telah merupakan sunnah
Allah pada alam, manakala suatu penyakit tidak terobati, maka akan bertambah
datang penyakit lain. Apalagi penyakit hati lebih ganas dari pada sekedar
penyakit jasmani.
o
Keparahan penyakit itu
juga disebabkan Allah dan rasulNya yang mereka lakukan dengan kekufuran dan
kebencian kepada Allah dan rasulNya. Oleh sebab itu mereka disiksa dengan pedih
karena berdusta (QS 2 Al Baqarah : 10). Sungguh mereka berhak mendapat siksa
pedih itu akibat perbuatan dan akhlaknya yang jahat dan kotor. Mereka memoles
kekufuran dan kebohongan dengan keimanan. Dan Allah tetap mendustakan pengakuan
mereka.
D.
Akibat Sifat Munafik
Memiliki sifat munafik akan membuat sesorang dijauhi oleh
orang-orang disekitarnya. Banyak hadits dan firman Allah dalam Al-Qur’an akibat
dari memiliki sifat munafik. Berikut ini merupakan firman Allah SWT yang
menjelaskan sifat munafik dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 138 dan 145, yang
artinya:
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik, bahwa mereka akan mendapat
siksaan yang pedih” (QS. An-Nisa :
138)
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang
penolongpun bagi mereka.”
(QS. An-Nisa : 145)
Dalam kitab suci Alquranulkarim dan Hadist Nabi Muhammad SAW banyak
sekali kita temukan penjelasan tentang akibat dari sifat-sifat munafik. Di
antaranya menimbulkan azab atau siksaan yang diderita oleh umat, baik itu
berupa siksaan dunia, mungkin juga yang diterima di akherat nanti. Sayangnya,
hal ini banyak tidak diketahui oleh umat Islam. Atau mungkin juga ada sebagian
mereka yang mengetahuinya, tetapi tidak pernah mengindahkannya.
Firman Allah SWT dalam Alquran surat Al-Baqarah (sapi betina) ayat
8-14 dijelaskan orang munafik itu berkata bahwa mereka beriman kepada Allah dan
juga mempercayai pula akan terjadinya hari kiamat. Pengakuan itu adalah tipuan
belaka. Buktinya terlihat dari tindakan dan perbuatan mereka dalam hidup
keseharian. Lain di mulut lain pula di hati.
Dikatakan kepada mereka: kamu janganlah selalu membuat keonaran,
pelanggaran di atas bumi ini. Mereka membantah keras dan mereka mengaku tidak
berbuat sekejam itu. Sebaliknya mereka menuduh orang-orang beriman itu bodoh.
Karena itu, pada surat Al-Baqarah ayat 10 disebutkan, akibat dari kecongkakan,
pelanggaran yang mereka perbuat, Allah SWT menetapkan kepada mereka azab yang
pedih.
Di Indonesia, akibat dari kemunafikan itu telah banyak kita rasa
kan, mungkin ini peringatan atau azab dari Allah SWT. Peristiwa tragis dan
sangat menyedihkan, memilukan hati. Untuk diketahui, setiap peristiwa seperti
tsunami, gempa bumi, gunung meletus, banjir, kebakaran, tanah longsor, lumpur
Lapindo yang merusak lahan pertanian, rumah penduduk dan banyak lagi
menimbulkan kemelaratan rakyat kelas bawah.
Inilah di antaranya akibat-akibat yang ditimbulkan dari sifat dan
perbuatan munafik. Hal ini terjadi karena para pelaksana, pejabat pembuat
kebijakan undang-undang sudah tidak lagi mengindahkan janji-janji yang mereka
ucapkan sewaktu mereka diangkat menjadi pelaksana atau menjabat sesuatu.
E.
Bahaya Munafik
Nifaq seperti kita kemukakan di
depan adalah sifat yang sangat berbahaya, baik dunia maupun akhirat. Bahaya
nifaq di dunia kembali kepada pelaku dan orang lain, dan di antara bahaya itu
adalah:
1. Kerusakan
di muka bumi, ini adalah inti dari bahaya yang ditimbulkan oleh seorang
munafiq, jadi nifaq dapat mengakibatkan segala kerusakan bagaimanapun
bentuknya, Allah berfirman :
”Ingatlah sesungguhnya mereka itu
adalah perusak, akan tetapi mereka tidak merasa.” (QS.Al-Baqoroh : 12)
2. Tersebarnya
fitnah, ini termasuk salah satu bentuk kerusakan yang timbul akibat sifat
nifaq, Allah berfirman :
”Andaikan mereka ikut keluar bersama
kalian (untuk berjihad), niscaya tidak akan bermanfaat bagi kalian selain
hanya akan menambah kerusakan, dan niscaya mereka akan sebarkan fitnah untuk
memecah belah kalian.” (QS.At-Taubah : 47)
3.
Perpecahan di antara umat Islam, dan
ini adalah salah satu bentuk kerusakan yang sangat besar bagi umat Islam, bukan
hanya sekarang dengan munculnya banyak orang yang mengatasnamakan Islam yang memberikan
pengaruh hebat di dunia internasional, padahal Islam terbebas darinya, akan
tetapi sejak zaman Rasulullah saw, kaum munafiq selalu mencari celah untuk
mengadu domba dan memecah belah umat. Allah swt berfirman :
”Dan orang-orang yang membangun masjid
untuk membahayakan, serta keingkaran, dan dengan tujuan memecah belah antara orang-orang
yang beriman” (QS.At-Taubah : 107) .
F.
Kiat-Kiat Terhindar dari Sifat Munafik
Munafik merupakan sifat tercela yang
tidak disenangi oleh Allah, oleh karena itu kita harus mencoba untuk
menghindari sifat tersebut. Selain karena tidak disenangi oleh ﺍﻠﻟﻪ, sifat ini
juga menyebabkan hubungan antara sesame kita jadi rusak. Berikut
beberapa cara yang dapat kita lakukan agar terhindar dari sifat munafik:
1) Berusaha mendekatkan diri kepada Allah
Kalau kita telah
terbiasa dekat dengan Allah, maka kita
bisa lebih kuat melindungi diri dari godaan syetan yang akan membujuk kita
kepada hal-hal tercela, termasuk sifat munafik ini. Tentu perwujudannya dengan rajin
beribadah kepada-Nya agar keimanan bertambah.
2) Membiasakan
diri dalam keadaan berwudhu’
Hal ini dapat
kita upayakan agar terhindar dari tipu daya syetan/nafsu.
3) Memperbaiki setiap keburukan dengan berbuat baik kepada
orang lain.
Contohnya dengan
senantiasa memuhasabahi diri, karena jika kita mengingat keburukan diri, maka
kita akan malu dan berusaha menghindari sifat buruk tersebut.
4) Menjauhkan diri dari perbuatan dosa-dosa mulai dari yang
kecil-besar.
Karena kita
tidak boleh menyepelekan azab Allah.
5) Senantiasa takut kepada Allah
dan menjalin
silaturrahim sesama teman.
Sesuai dengan
hadits Rasulullah : ﺇﺘﻗﻮﺍﷲ ﻮﺼﻠﻮﺍﺮﺣﺎ ﻤﻜﻡ
”Takutlah
kalian semua kepada Allah dan sambunglah ikatan silaturrahim.
Jadi, tidak
cukup saja hubungan kita dengan Allah tetapi juga harus disertai dengan hubungan sesama
manusia. Dan jika silaturrahim diantara sesama sudah erat, maka kita tidak
sanggup lagi untuk mendustai, mengingkari, ataupun mengkhianatinya. Dan kalau
kita takut kepada Allah maka kita tidak berani untuk berbuat munafik.
6) Senantiasa mengingat kematian
Karena jika kita
mati dalam keadaan munafik, tentulah kita manusia yang merugi.
7) Senantiasa menjaga lisan
Karena di dalam
hadits dikatakan : ﺃﻛﺜﺭﺧﻄﺎﻴﺎﺍﺑﻦﺁﺪﻡﻔﻰﻟﺴﺎﻨﻪ
“Kesalahan terbanyak bagi anak Adam
adalah yaitu pada lisannya.”
Kebanyakan
orang berbuat munafik disebabkan karena lisannya. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati dulu atau berfikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Kalau tidak
berhati-hati, bisa jadi kita keceplosan berbohong, mengingkari janji ataupun
mengkhianati seseorang.
Di dalam
menjaga lisan, tentu ada beberapa upaya lagi yang harus kita lakukan, yaitu
sebagi berikut :
a.
Tidak mudah
menguber janji; dalam artian harus melihat situasi dan kondisi terlebih dahulu,
apakah kita sanggup memenuhi janji atau tidak. Jika tidak, tolaklah dengan
sopan, tanpa menyinggung perasaan orang lain.
b.
Menghindari
perilaku bergunjing, karena
bergunjing terkadang membuat seseorang lupa diri, lupa waktu, yang membuat kita
terkadang keceplosan mengatakan aib orang lain yang seharusnya kita jaga dengan
baik.
c.
Berkata
seperlunya; karena kalau berkata yang tidak penting akan membuang-buang energi
saja dan terkadang membuat kita berbohong dan sebagainya.
d.
Bicara apa
adanya, dalam artian berbicara sesuai dengan fakta, tanpa menambah, mengurangi
ataupun dibuat-buat.
8)
Mengingat bahwa
Allah
Maha Melihat,
Mendengar, Mengetahui, dan Mengawasi kita.
Dalam artian
selalu merasa diawasi oleh Allah dimanapun kita
berada. Sehingga munafik pun kita, pasti Allah
mengetahuinya.
Jadi, jika kita telah merasa diawasi oleh-Nya, tentu kita tidak berani berbuat
munafik. Apalagi kita tahu bahwa Allah sangat membenci
sifat tersebut.
9)
Meneladani Sikap Rasulullah
SAW
Seperti
mengucapkan ﺇﻨﺸﺂﺃﷲ ketika berjanji, tanpa semata-mata untuk
menghindari diri dari janji, tapi berarti 99,99% bermakna ‘ya.’ Karena semua
yang ada di dunia ini hanya Allah yang menghendaki.
Seperti sikap
jujur Rasul, sikap amanahnya Rasul, dan sikapnya yang tidak pernah mengingkari
janji.
10)
Memohon Kepada Allah
Setiap Saat.
Untuk menguatkan
keimanan kita kepada Allah, karena hanya
Dia yang patut disembah dan dimintai pertolongan. Misalnya ketika hampir tidak
sanggup lagi memikul amanah.
Tidak menerima
amanah yang kita rasa tidak sanggup memikulnya, karena jika kita
tidak sanggup maka cenderung akan mengkhianati amanah tersebut.
G.
Penanaman Akhlaq Pada Anak
Orang tua bertanggung-jawab di hadapan Allah ‘Azza Wa Jalla
tentang pendididkan dan pembinaan anak-anak mereka. Bila orang tua telah
mengemban tanggung-jawab itu dengan baik, semua akan berbahagia di dunia dan
akhirat. Sebaliknya, bila orang tua mengesampingkannya, anak-anak akan
menghadapai kondisi buruk dan orang tua akan menanggung beban dosa atas
kelalainnya itu. Aspek penting dalam pengembangan anak untuk menghindari
sifat munafik adalah:
1.
Pembinaan moral mereka.
Pembinaan akhlak anak-anak mesti dilakukan sejak dini supaya
kecenderungannya dalam menyukai kebaikan tetap terjaga. Dengan itu,
anak-anak akan menjadi insan-insan terpuji nantinya, dan sumber
kebahagiaan dan ketenangan orang tua mereka serta mendatangkan kebaikn abagi
mereka, di dunia sebelum di akhirat. Jadi, mendidik anak termasuk amalan shaleh
yang dapat digunakan oleh orang tua untuk mendekatkan diri kepada Allah‘Azza Wa
Jalla dan pahalanya akan mengalir terus-menerus sebagaimana sedekah jariyah.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alai Wa Sallam bersabda : “Jika seorang anak
Adam meninggal, ia akan putus diri dari seluruh amalannya kecuali tiga perkara:
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya (HR.
Muslim)”.
Yang perlu digarisbawahi di sini, bahwa Islam telah mengajarkan
seluruh akhlak yang baik. Bahkan seluruh ajarannya memang berbasis perbaikan
akhlak manusia secara menyeluruh. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alai Wa
Sallam bersabda: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad).
2.
Penanaman sifat jujur
Kejujuran, salah satu sifat terpenting dalam kepribadian seorang
anak dan sekaligus nantinya akan menjadi pertanda keimanannya. Pasalnya,
kejujuran (ash-shidqu, Arab) lawan dari berdusta (al-kadzib) yang merupakan
salah satu karakter menonjol orang-orang munafik. Allah ‘Azza Wa Jalla
memerintahkan berkata jujur dan melarang kedustaan. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (QS. At-Taubah /9:119)
Keluarga Muslim bertanggung-jawab penuh di hadapan Allah ‘Azza
Wa Jalla untuk mengambil peran utama dalam menanamkan sifat jujur dan seluruh
akhlak yang terpuji pada kepribadian semua anggota keluarganya, baik yang
dewasa maupun yang masih kanak-kanak. Pasalnya, sifat terpuji ini (kejujuran)
salah satu faktor utama yang mendatangkan ketentraman hidup dalam rumah dan
keindahan akhlak serta keteguhan perilaku yang baik lainnya.
Syaikh Muhammad Jamil Zainu Rahimahullah mengatakan,”(kewajiban
orang tua) Membiasakan anak-anak untuk jujur dalam ucapan dan perilaku mereka
dilakukan dengan cara kita (orang tua) tidak berdusta kepada anak-anak meski
saat bercanda dengan mereka, jika kita (orang tua) menjanjikan mereka
(sesuatu), maka kita (orang tua) harus memenuhinya”. Dengan melekatnya sifat
jujur pada anak, akan terbentuk insan-insan yang selalu berbuat ikhlas, tidak
suka cari muka, jauh dari niat buruk dan selalu berkata benar.
3.
Penanaman sifat amanah
Sifat ini sangat tinggi dan penting kedudukannya dalam Islam dimana
al-Qur’an menyebutkan bahwa amanah mencakup seluruh aspek perintah dan larangan
dalam Islam. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya” (QS. An-Nisa/4:58).
Amanat adalah segala hal yang dipercayakan kepada seseorang dan ia
dituntut untuk menjalanknnya. Allah memerintahkan untuk menjalanknnya dengan
sempurna. Termasuk dalam makna amanat ialah amanat memegang kekuasaan, kekayaan
atau rahasia dan lainnya. Orang yang diserahi amanat untuk mengemban sesuatu,
maka harus wajib memeliharanya dengan baik, karena amanat tidak bisa dijalankan
kecuali denga cara memeliharanya. Dalam ayat lain, Allah ‘Azza Wa
Jalla berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul Muhammad dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui “(QS. Al-Anfal/8:27).
Kejujuran termasuk bagian dari amanah dan pelengkapnya. Hal ini
dapat diketahui bahwa Rasullullah Shallallahu ‘Alai Wa Sallam
menggandengkan antara amanah dan kejujuran dalam hadits sebagai sifat seorang
Mukmin, dan dua sifat yang bertolak belakang dengannya (dusta dan khianat)
termasuk tanda nifak. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alai Wa Sallam bersabda:
tanda orang munafik ada tiga; jika bicara ia berdusta, jika berjanji ia
mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat (HR. al-Bukhari)
Atas dasar itu, menjadi kewajiban orang tua untuk membiasakan diri
mereka dan anak-anak untuk menjaga amanah dan memperingatkan mereka dari
khianat dan dampak buruknya. Termasuk memrintahkan mereka untuk menjaga hak-hak
orang dan barang milik mereka yang mereka temukan di tengah jalan, meskipun
harganya tidak seberapa dalam pandangan kita. Orang tua harus mendidik ank-anak
agar tidak punya keinginan untuk memiliki barang milik orang lain sekalipun
berada di tengah jalan tanpa diketahui pemiliknya. Justru sebaliknya mengajak
mereka untuk mencari pemiliknya sedapat mungkin. Ini akan menggoreskan
pelajaran mendalam pada jiwa anak di kemudian hari untuk tidak pernah berharap
memiliki barang miliki orang lain apalagi sampai mengambilnya dengan cara-cara
haram.
4.
Membiasakan lisan mereka
untuk berkata-kata yang baik saja
Mendidik anak untuk hanya berkata-kata yang baik dan menjauhi
ungkapan-ungkapan buruk bagian dari akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam
melalui al-Qur’an dan Hadits. Rasullullah
Muhammad Shallallahu ‘Alai Wa Sallam telah menguhubungkan antara
keimanan dan ucapan baik yang keluar dari mulut seseorang dalam sabdanya :
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia
berkata yang baik atau diam (saja)” (HR. al-Bukhari).
Orang tua yang hendak mendidik anak untuk menjaga lisan dari
celaan, umpatan, dan kata-kata kotor lainnya, maka harus menempuh empat cara:
a.
Orang tua terlebih dulu harus menjauhi ucapan-ucapan yang buruk
secara mutlak. Sebab, mereka itulah cermin dan teladan bagi
anak-anak.”Sesungguhnya indahnya kepribadian pendidik dan kedua orang tua di
depan anak-anak adalah bentuk tarbiyah (pendidikan) yang terbaik”.
b.
Mengajarkan anak-anak dan mengingatkan mereka dengan ayat-ayat
al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alai Wa Sallam yang mengajak
untuk menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang tidak baik, setiap kali mereka
membutuhkan peringatan
c.
Melakukan pengingkaran saat anak-anak mengeluarkan kata-kata yang
buruk dan tidak senonoh.
d.
Memilihkan teman pergaulan yang baik dan menjauhkannya dari teman
pergaulan yang buruk, agar anak-anak terjaga dan terlindungi. Maka, menjadi
kewajiban orang tua untuk mengawasi teman-teman pergaulan anak-anak mereka dan
memperingatkan anak-anak jangan sampai berkawan dengan orang-orang yang
berperilaku buruk. Ibrahim al-Harbi Rahimahullah mengatakan,”Kerusakan pertama
pada anak terjadi karena kawannya”. (Dzammul Hawa, Ibnul Jauzi).
5.
Anak-anak harus dijauhkan dari benih-benih penyimpangan
Menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua
untuk menjauhkan anak-anak dari benih-benih penyimpangan. Man syabba’ala sya’in
syaba ‘alaih demikian bunyi pepatah Arab yang bermakna siap yang tumbuh
denga pola hidup tertentu, maka ia akan terbiasa dengan itu di masa tuanya. Maka, mata rantai penyimpangan hendaknya diputus sejak dini pula.
Kelahiran anak yang meupakan salah satu pengaruh adanya sebuah perkawinan yang
sah menjadi amanah bagi kedua orang tuanya. Secara riil, pelaksanaan amanah ini
di antaranya dengan mendidik mereka dengan ajaran-ajaran Islam dan mengajarkan
mereka hal-hal yang mereka butuhkan dalam urusan agama dan dunia mereka.
H.
Nilai-Nilai Edukatif
I.
Pendidikan moral yang efektif harus melalui pembiasaan dan
peneladanan. Jika orang tua dan guru/pendidik memberi keteladanan yang baik
dalam berkata, berjanji, dan mengemban amanah, niscaya siswa akan mengikutinya.
II.
Pendidikan moral harus membuahkan integritas pribadi yang bermoral
tangguh, sehingga tidak mudah terjerembab dalam kemunafikan.
III.
Sejarah mengenai orang-orang munafik yang pernah merongrong
kekuatan Islam dari dalam setidak-tidaknya memberikan pelajaran berharga bagi
kita bahwa kita harus selektif dalam bergaul dan berinteraksi dengan orang
munafik di manapun dan kapanpun.
BAB III
KESIMPULAN
·
Secara istilah syari’at nifaq adalah : “Menampakkan keIslaman dan
Kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kefasikan”
·
Nifaq terbagi
menjadi dua jenis yaitu nifaq I’tiqodiy dan nifaq amaliy
“Tanda
orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Yang pertama, apabila berkata-kata,
dia berdusta. Kedua, apabila dia berjanji, dia ingkari. Ketiga, apabila
diberikan amanah (kepercayaan), dia khianati.”
·
Penyakit nifaq/munafik
ini akan bertambah parah disebabkan oleh beberapa hal :
§
Akibat keraguan dan
keburaman mereka terhadap prinsip agama
§
Penyakit ini akan bertambah
parah akibat banyaknya wahyu Allah yang membongkar borok dan kejahatan mereka.
§
Keparahan penyakit itu
juga disebabkan Allah dan rasulNya yang mereka lakukan dengan kekufuran dan
kebencian kepada Allah dan rasulNya.
·
Akibat dari sifat-sifat munafik di antaranya menimbulkan azab atau
siksaan yang diderita oleh umat, baik itu berupa siksaan dunia, mungkin juga
yang diterima di akherat nanti
·
Bahaya
nifaq/munafik di antaranya adalah:
Ø Kerusakan di muka bumi
Ø Tersebarnya fitnah
Ø Perpecahan di
antara umat islam
·
Berikut beberapa cara yang dapat kita lakukan agar terhindar dari sifat
munafik :
o
Berusaha mendekatkan diri kepada Allah
o
Membiasakan
diri dalam keadaan berwudhu’
o
Memperbaiki setiap keburukan dengan berbuat baik kepada orang lain.
o
Menjauhkan diri dari perbuatan dosa-dosa mulai dari yang kecil-besar.
o
Senantiasa takut kepada Allah dan menjalin silaturrahim
sesama teman.
o
Senantiasa mengingat kematian
o
Senantiasa menjaga lisan
o
Mengingat bahwa Allah Maha Melihat, Mendengar,
Mengetahui, dan tahu bahwa Allah sangat membenci sifat tersebut.
o
Meneladani sikap Rasulullah SAW
o
Memohon kepada Allah setiap saat.
·
Aspek penting dalam pengembangan anak untuk menghindari sifat
munafik adalah:
v Pembinaan moral
mereka.
v Penanaman
sifat jujur
v Penanaman
sifat amanah
v Membiasakan
lisan mereka untuk berkata-kata yang baik saja
v Anak-anak harus
dijauhkan dari benih-benih penyimpangan
·
Pendidikan moral yang efektif harus melalui
pembiasaan dan peneladanan. Jika orang tua dan guru/pendidik memberi
keteladanan yang baik dalam berkata, berjanji, dan mengemban amanah, niscaya
siswa akan mengikutinya.
·
Pendidikan moral harus membuahkan integritas pribadi yang bermoral
tangguh, sehingga tidak mudah terjerembab dalam kemunafikan.
·
Sejarah mengenai orang-orang munafik yang pernah merongrong
kekuatan Islam dari dalam setidak-tidaknya memberikan pelajaran berharga bagi
kita bahwa kita harus selektif dalam bergaul dan berinteraksi dengan orang
munafik di manapun dan kapanpun.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar