BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan
pendidikan adalah untuk mencerdaskan setiap peserta didik. Sehingga dalam
pelaksanaannya diperlukan adanya perencanaan serta manajemen yang baik.
Perencanaan yang dimaksud adalah kurikulum pendidikan atau sekolah. Sedangkan manajemen
dibutuhkan agar semua kegiatan yang berhubungan dengan belajar mengajar dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tetapi dalam pelaksanaan banyak
ditemui kendala dalam proses belajar mengajar ini. Banyaknya kendala yang
dihadapi juga menurunkan kualitas pendidikan.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan. Penyebab rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan
standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di
Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan yang sering terjadi dalam dunia
pendidikan yaitu rendahnya sarana fisik, kualitas guru, kesejahteraan
guru, prestasi siswa, kesempatan pemerataan pendidikan, relevansi pendidikan
dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan.
Seperti
yang dialami oleh sebuah yayasan yang terdiri dari jenjang RA sampai MA. Dengan
berbagai permasalahan yang dialami, sekolah ini tetap berjalan meskipun dengan
kondisi yang memprihatinkan.
Beberapa
masalah yang muncul adalah jumlah murid baru di MTs yayasan tersebut sangat
kurang, bahkan jumlah siswa baru yang hanya 16 siswa. Masalah kedua tentang seorang
anak pemilik yayasan yang ingin mengajar dalam yayasan tersebut, tetapi ia tidak
memiliki ijazah S1 maupun akta 4, karena ia lulusan dari pondok pesantren.
Kemudian masalah yang ketiga adalah tentang usulan para guru yang menginginkan
pergantian kurikulum, karena merasa bahwa siswa-siswa di yayasan tersebut
tidak mampu mengikuti kurikulum yang berlaku saat ini.
Ketiga
masalah tersebut adalah masalah yang banyak terjadi dalam dunia pendidikan di
negri ini. Maka sebagai seorang pendidik, kita harus mengetahui mengapa sampai
muncul masalah-masalah seperti yang telah disebutkan di atas. Sehingga para
pendidik dapat mencari solusi dan dapat mengantisipasinya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kurangnya
jumlah siswa
Seringkali sekolah mendapatkan masalah
tentang jumlah siswa yang tidak memenuhi standar. Sehingga sekolah tersebut
tidak dapat melaksanakan UN sendiri. Bahkan jika hal ini terjadi dalam beberapa
tahun penerimaan siswa baru, maka sekolah terancam ditutup.
Demikian
yang dialami oleh MTs sebuah yayasan tersebut. Kepala sekolah MTs telah
menggunakan berbagai upaya untuk mempromosikan sekolahnya kepada MI dari
yayasan itu. Mungkin ada beberapa hal yang membuat masyarakat tidak percaya
untuk menyekolahkan anak-anak mereka di MTs tersebut, diantaranya:
1) Rendahnya
tingkat prestasi siswa dan sekolah
2) Kurangnya
fasilitas penunjang yang memadai
3) Kurangnya
manajemen yang baik dalam sekolah maupun yayasan
4) Sistem
perekrutan siswa baru yang kurang maksimal
5) Kurangnya
dana
6) Kurangnya
kerja sama dengan sekolah lain
7) Kurangnya
sosialisasi dengan masyarakat setempat
8) Lokasi
sekolah tidak sesuai, mungkin lokasi yang kebanyakan masyarakatnya tidak
mempunyai anak usia sekolah, lokasi yang terlalu berdekatan dengan jalan utama
sehinga menciptakan suasana yang tidak kondusif, serta lain sebagainya.
Untuk mengembalikan kepercayaan
masyarakat terhadap MTs tentunya tidak mudah. Apalagi image MTs yang yang tidak lebih baik dengan SMP. Sehingga MTs harus
meningkatkan daya saing terhadap MTs-MTs lain, bahkan SMP. Oleh karena itu,
perlu dilakukan beberapa upaya, diantaranya:
1) Meningkatkan
promosi semenarik mungkin, bukan hanya di lingkungan yayasan, tetapi juga
masyarakat sekitar. Seperti pemberian seragam gratis, keringanan uang gedung
atau perawatan sekolah, dll.
2) Meningkatkan
kualitas peserta didik dan sekolah
3) Meningkatkan
fasilitas penunjang, seperti perpustakaan, labolatorium, lapangan, dll
4) Mencoba
menggalang dana baik dari negri maupun swasta
5) Memberi
beasiswa penuh kepada anak-anak kurang mampu dan juga anak-anak berprestasi
untuk ditingkatkan akademisnya
6) Membentuk
kerja sama dengan sekolah-sekolah lain
7) Melakukan
sosialisasi terhadap wali murid di yayasan tersebut serta masyarakat setempat
8) Memberi
imbalan kepada siswa atau pun umum yang bisa mendaftarkan siswa baru kesekolah
tersebut
9) Relokasi
sekolah jika diperlukan
Semua upaya tidak terlepas dari
pemaksimalan fungsi administrasi atau manajemen pendidikan. Agar dalam
pecapaian tujuan dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya proses
administrasi pendidikan yang meliputi fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
koordinasi, komunikasi, supervise, kepegawaian, pembiayaan, dan evaluasi. Semua
fungsi tersebut saling berkaitan, sehingga jika ada salah satu fungsi yang
lemah, maka kegiatan tidak akan berjalan maksimal.
Dengan mengembalikan lagi kepercayaan
masyarakat, sekolah tidak akan lagi kesulitan mendapatkan siswa. Bahkan para
orangtua dan calon siswa yang akan mencari serta berlomba-lomba untuk masuk ke
sekolah tersebut.
B.
Masalah
Penerimaan Guru Baru
Guru
adalah sebuah profesi yang memiliki citra mulia dalam pandangan masyarakat.
Demikian juga pandangan salah seorang anak pemilik yayasan sedang banyak
masalah ini. Dia sangat berkeinginan untuk menjadi satu dari sekian guru yang
mengajar dalam yayasan. Semboyan ‘guru tanpa tanda jasa’ menjadikannya ingin
merelakan sisa hidupnya untuk mengabdi dalam dunia pendidikan. Bahkan dia
sempat mengatakan kepada ayahnya, yang merupakan pemilik yayasan, bahwa dia
bersedia mengajar tanpa digaji, semuanya lillahi
ta’ala. Sehingga pemilik yayasan ini terus membujuk kepada kepala-kepala
sekolah di yayasan tersebut untuk mau menerima anaknya menjadi salah satu
pengajar. Tetapi hal yang memberatkan para kepala sekolah adalah bahwa dia
tidak mempunyai basic pendidikan di bidang keguruan. Dia merupakan alumni pondok
pesantren yang notabennya tidak memiliki ijazah S1 atau pun akta IV.
Guru
adalah sebuah profesi, sedangkan profesi itu
sendiri dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mensyaratkan
persiapan spesialisasi akademik dalam waktu yang relative lama di perguruan
tinggi,baik dalam bidang sosial, eksakta,maupun seni dan pekerjaan itu lebih
bersifat mental intelektual dari pada fisik manual,yang dalam mekanisme kerjanya
di bawah naungan kode etik (Sirkum pribadi).
Berdasar definisi tersebut, maka jika ingin
menjadi seorang guru, maka diperlukan adanya pendidikan berlanjut ke jenjang
S1.Hal tersebut juga sesuai dengan ketetapan pemerintah saat ini, yang
mensyaratkan pendidikan guru minimal S1. Selain itu, syarat untuk menjadi
seorang guru, antara lain:
1) Komitmen
tinggi
2) Memiliki
kepribadian yang mantab dan berkembang
3) Memiliki
keterampilan untuk membangkitkan minat belajar siswa
4) Penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat
5) Sikap
profesionalannya berkembang secara berkesinambungan
Untuk itu, kepala sekolah juga harus
memperhatikan syarat-syarat untuk menjadi guru yang lainnya. Bukan hanya
masalah ijazah. Tanpa ijazah bukan berarti tanpa kemampuan. Kemampuan disini
lebihdi tekankan dari pada ijazah, tetapi tetap saja ijazah menjadi hal yang
wajib untuk menunjang kematangannya menjadi seorang guru. Dia bisa diterima
dengan syarat mau melanjutkan pendidikan formal jurusan pendidikan ke tingkat
sarjana.
Tanpa basic pendidikan, maka kepala
sekolah juga harus membimbing, mengawasi dan mengarahkannya dalam proses
mengajarnya secara intensif pada masa awal pengajarannya. Kepala sekolah juga
harus bijak untuk menentukan mata pelajaran yang sesuai dengan kemampuannya
yang basic pendidikannya adalah pesantren, maka mata pelajaran yang cocok untuk
diajarkannya adalah mata pelajaran agama islam, seperti nahwu dan shorof,
tauhid, hadist, dan sejenisnya. Selain itu, untuk menunjang kemampuannya, maka
perlu untuknya diikutkan ke seminar-seminar atau pelatihan-pelatihan pendidikan,
karena tugas guru bukan hanya mengajar materi di kelas, tetapi juga membimbing
siswa-siswanya untuk menjadi manusia yang guna. Selain itu, juga harus memiliki
keterampilan guru, yaitu sebagai administrator pendidikan, yang membuat proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Seperti membuat silabus, RPP,
media pembelajaran, dll.
C.
Masalah
Guru terhadap Kurikulum
Para
guru mengeluhkan tentang ketidak mampuan siswa dalam mengikuti materi yang
disampaikan, atau siswa dianggap terlalu bodoh untuk mencerna materi yang
diajarkan mengikuti kurikulum yang ada. Sehinga para guru mengusulkan kepada
kepala sekolah untuk mengganti kurikulum yang ada sekarang sesuai dengan
kemampuan siswa.
Kurikulum
yang dipakai saat ini adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Yang dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik
sekolah/daerah, social budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta
didik. kurikulum di indonesia sendiri bersifat sentralisasi,
yaitu kurikulum yang disusun oleh tim atau komisi khusus yang terdiri atas para
ahli. Disini dalam pendidikan telah ditetapkan standar-standar pelajaran dan
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap siswa dengan kelas dan jenjang
masing-masing. sedangkan yang dimaksud kebebasan dalam sekolah, masih terbatas
untuk mengembangkan masing-masing potensi yang dimiliki Sehingga, tidak bisa
begitu saja diubah. Kalau yayasan
tersebut menggunakan kurikulum yang berbeda, maka akan ada ketidak seragaman,
tidak adanya standar penilaian yang sama, adanya kesulitan bila terjadi
perpindahan siswa ke sekolah lain dan mungkin kurikulum yang tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Di Indonesia sendiri setiap tahunnya
mengadakan UN (Ujian Nasional) bagi tingkat akhir masing-masing jenjang
pendidikan. Hal ini ditujukan sebagai standarisasi pendidikan. Kalau kurikulum
di ubah, maka siswa pun tidak dapat mengikuti UN.
Beberapa
penyebab yang mungkin terjadi karena siswa tidak dapat mencerna pelajaran
dengan baik, selain dari
faktor kurikulum yang tidak sesuai adalah:
1) Kualitas
staf pengajar yang rendah
2) Suasana kelas yang tidak kondusif dalam proses belajar mengajar
3) Minimnya
media pembelajaran
4) Metode
pengajaran yang tidak sesuai
5) Banyaknya
tindakan indisipliner baik dari staf pengajar maupun dari siswa
Melihat dari
beberapa faktor yang dapat menimbulkan siswa tidak mampu menyerap pelajaran
dengan baik, maka dapat dilakukan beberapa upaya, selain mengganti kurikulum
yang ada. Antara lain:
1)
Meningkatkan
kualitas staf pengajar yang ada
2)
Menciptakan
suasana yang kondusif di kelas
3)
Menggunakan
berbagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
4)
Karena
setiap anak mempunyai cara belajar yang berbeda, maka perlu digunakan berbagai metode pembelajaran.
5)
Meningkatkan
kedisiplinan di lingkungan sekolah
6)
Menjalin
kerja sama dengan sekolah-sekolah lainnya dalam pengadaan tenaga pengajar yang
profesional
7)
Kepala
sekolah atau orang lain yang di datangkan untuk menjadi supervisor kegiatan
belajar mengajar di kelas
8)
Melakukan
evaluasi rutin terhadap guru-guru
9)
Menyebar
rata murid-murid yang dianggap pintar dalam pembagian kelas
10) Mengadakan les gratis khusus atau les selain les rutin
bagi anak-anak yang tidak mampu mengikuti pelajaran
11) Mengadakan studi banding serta seminar tentang kurikulum
bagi guru-guru
12) Meningkatkan pendidikan para guru
13) Memberi motivasi agar siswa rajin belajar, dsb.
Banyak cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan akademik siswa. Tidak mungkin semua siswa
dalam sekolah iti yang bodoh. Ketidak mampuan siswa tidak
dapat disalahkan. Tetapi kemampuan para
gurulah yang harus ditingkatkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Purwanto,
Ngalim.2009. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
1 komentar:
Fun88 Casino: Play in Online Casino!
Fun88 Casino is a safe, reliable fun88 vin and reliable way to gamble in the online casino world. Check our Fun88 casino review to find out starvegad more about this ラッキーニッキー brand.
Posting Komentar