Pendahuluan
Dalam masyarakat yang dinamis,
pendidikan memegang peranan yang
menentukan terhadap eksistensi dan perkembangan masyarakatnya, hal ini
karena pendidikan merupakan proses usaha melestarikan , mengalihkan, serta
mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya
kepada generasi penerus.
Demikian pula dengan peranan islam,
pendidikan islam bila dilihat dari aspek cultural umat manusia, merupakan salah
satu alat pembudayaan (enkulturasi) masyarakat manusia itu sendiri.
Ada beberapa alasan mengapa ilmu
pendidikan sangat diperlukan, antara lain:
1.
Pendidikan
sebagai usaha membentuk pribadi manusia yang harus melalui proses yang panjang,
dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan segera
2.
Pendidikan
islam yang bersumber dari nilai-niai ajaran islam harus bisa menanamkan atau
membentuk sikap hidup yang diiwai nilai-nilai tersebut
3.
Islam
sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan untuk
menyejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan umat manusia di dunia dan
di akhirat
4.
Ruang
lingkup kependidikan islam mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia
Oleh karena itu, dari segi teoritis
pendidikan islam berarti konsep berfikir yang bersifat mendalam dan terperinci
tentang masalah kependidikan yang bersumberkan ajaran islam mulai dari
rumusan-rumusan konsep dasar, pola, system, tujuan, metode, dan materi
kependidikan islam yang disusun menjadi suatu ilmu yang bulat.
Dengankata lain ilmu pendidikan
islam dalam teori-teorinya mengandung kesesuaian pandangan dengan teori-teori
dalam ilmu pedagogic terutama yang menyangkut anak didik, pendidik, alat-alat,
dan cita-cita, sehingga tampak jelas bahwa dalam teori kependidikan Islam
terkandung nilai-nilai ilmiah pedagogis yang abash dalam dunia ilmu
pengetahuan, khususnya dunia ilmu pendidikan.
A.
Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu (sains) adalah sejenis pengetahuan manusia yang
diperoleh dengan riset terhadap objek-objek yang empiris, benar tidaknya teori
sains ditentukan oleh logis tidaknya dan ada tidaknya bukti empiris[1].
Sains (ilmu) adalah pengetahuan yang logis dan mempunyai
bukti empiris[2].
Secara definitif, ilmu sebagaimana dikemukakan oleh al-Jurjani dalam bukunya Al-ta’rifat, adalah sebagai berikut :
(Tim Dosen Sunan Ampel Malang, Dasar-dasar
Kependidikan Islam, 1996:16)
1. Ilmu merupakan kesimpulan yang pasti yang sesuai dengan keadaan sesuatu
2. Ilmu adalah menetapnya ide (gambaran) tentang sesuatu dalam jiwa atau
akal seseorang
3. Ilmu adalah sampainya jiwa kepada hakikat sesuatu[3]
Kata ilmu berasal dari kata dasar “Alima-Yaklamu”
yang berarti mengerti atau memberi tanda (mengetahui). Sehingga ilmu dapat juga
dikatakan sebagai kesimpulan sesuatu yang didapatkan seseorang melalui panca
indera, baik dengan melihat, mendengar, mengucap, menyentuh, mencium, merasa, dan
sebagainya.[4]
Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewaa agar ia menjadi
dewasa. Perkembangan selanjutnya pendidikan berarti segala usaha orang dewasa
dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jamani dan
rohaninya kearah kedewasaan.[5]
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan
jelas memiliki tujuan[6].
Pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta
bertanggung jawabuntuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah
kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari[7].
Pendidikan menurut orang awam adalah mengajari murid di
sekolah, melatih anak hidup sehat, melatih silat, menekuni penelitian, membawa
anak ke masjid atau ke gereja, melatih anak menyanyi, bertukang, dan lain-lain.[8]
Marimba (Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam, 1989:98) menyatakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama[9].
Lodge (Philosophy of
Education, 1974:23) menyatakan bahwa pendidikan itu menyakut seluruh
pegalaman. Dalam pengertian luas ini kehidupan adalah pendidikan, dan
pendidikan adalah kehidupan.[10]
Park (Selected
Reading in the Phyloshophy of Education, 1962:3) menyatakn bahwa pendidikan
adalah the art of imparting or acquiring
knowladge and habit through instructional as study.[11]
Pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua
aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi adalah
yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan
pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan
hati.[12]
Jika ditelusuri ayat-ayat al-Quran dan matan as-Sunnah
secara mendalam dan komprehensif sesungguhnya terdapat kata-kata yang
berhubungan dengan pendidikan diantaranya al-tarbiyah,
al-ta’lim, al-ta’dib, al-tazkiyah, al-muwaidzah, al-tafaqquh, al-tilawah,
al-tahzib, al-irsyad, al-tabyin, al-tafakkur, al-ta’aqqul, dan al-tadabbur[13].
Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Saybani (Falsafah Al-Tarbiyah Al-Islamiyah,
1979:399) pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku individu, pada
kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran
sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profsi-profesi
asasi dalam masyarakat[14].
Menurut Hasan Langgulung (Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
1986:32) pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya
diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada anak-anak
atau orang-orang yang sedang dididik[15].
Menurut Ahmad Fuad Al-Ahwaniy (al-Tarbiyah fi al-Islam) pendidikan adalah pranata yang bersifat
sosial yang tumbuh dari pandangan hidup tiap masyarakat [16]
Menurut Ali Khalil Abul A’inain (Falsafah Al-Tarbiyah Al-Islamiyah fi Al-Quran Al -Karim, 1980) pendidikan
adalah program yang bersifat kemasyarakatan, dan oleh karena itu, setiap
falsafah yang dianut oleh suatu masyarakat berbeda dengan falsafah yang dianut
masyarakat lain sesuai dengan karakternya, serta kekuatan peradaban yang memengaruhinya
yang dihubungkan dengan upaya menegakan spiritual dan falsafah yang dipilih dan
disetujui untuk memperoleh kenyamanan hidupnya[17]
Menurut Muhammad Athiyah Al Abrasyi (al tarbiyah al
islamiyah fi al-quran al karim, 1975:23), pendidikan islam tidak seluruhnya
bersifat keagamaan, akhlak, dan spiritual, namun tujuan ini merupakan landasan
bagi tercapainya tujuan yang bermanfaat.[18]
Menurut rumusan konferensi pendidikan islam sedunia yang
ke-2, pada tahun 1980 di islamabad. Pendidikan islam adalah pendidikan yang harus
ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan personalitas manusia secara
menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia pada seluruh aspeknya: spiritual, intelektual, daya imajinasi, fisik, keilmuan, dan bahasa, baik secara
individual maupun kelompok,
serta mendorong seluruh aspek tersebut untuk mencapai
kebaikan dan kesempurnaan.
Pendidikan islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk
menciptakan manusia-manuia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada Tuhan
serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang
berdasarkan kepada ajaran Alquran dan sunnah.[19]
Pendidikan islam adalah pendidikan yang berdasarkan Alquran
dan As-Sunah selain mempunyai tujuan keilmuan, juga mempunyai tujuan menjadikan
manusia sebagai khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengann baik.[20]
Pendidikan islam adalah sebuah proses dalam membentuk
manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk
mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT
baik kepada Tuhannya, sesama manusia, sesama makhluk lainnya.[21]
Pengertian islam dari segi bahasa berasal dari kata aslama,
yuslima, islaman, yang berarti submission (ketundukan), resignation
(pengunduran), dan reconciliation (perdamaian), (to the will of God) (tunduk
kepada kehendak Allah) (John M. Echols dan Hasan Shadily, kamus inggris indonesia hal 426 )[22]
kata aslama berasal dari kata salima, berarti peace, yaitu: damai, aman, dan
sentosa.pengertian islam yang demikian itu, sejalan dengan tujuan ajaran islam,
yaitu untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada tuhan, sehingga
terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa, serta sejalan pula dengan
misi ajaran islam, yaitu menciptakan kedamaian di muka bumi dengan cara
mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada tuhan.
Makna islam sebagai paradigma ilmu pendidikan adalah suatu
konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas ilmu pendidikan
sebagaimana islam memahamimnya. Islam sebagai paradigma ilmu pendidikan juga memiliki arti konstruksi
siistem pendidikan yang didasarkan atas nilai-nilai universal Islam.[23]
Islam adalah agama wahyu yang berlandaskan kepada Al-Qur’an
dan hadits yang disampaikan kepada umat islam melalui Rasulullah SAW.[24]
Ilmu pendidikan islam merupakan prinsip, struktur,
metodologi, dan obyek yang meiliki karakteristik epistemologi ilmu islami.[25]
Ilmu pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang berdaskan
islam.ilmu pendidikan islam juga bisa dikatakan sebagai ilmu pendidikan yang
berdaskan al-quran, hadis, dan akal[26]
Ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang mempelajari tentang
teori-teori atau usaha membimbing dan membina jasmani dan rohani anak didik
oleh orang dewasa sesuai dengan ajaran islam yang bersumber pada al-quran dan
hadis.[27]
Definisi ilmu pendidikan islam dalam pengertian ini merupakan bimbingan dan
binaan dari orang dewasa. Ini berarti seorang yang dapat dikatakan belum dewasa
tidak dapat menjadi seorang pendidik. Lalu bagaimana jika seorang remaja (belum
dewasa) yang telah menguasai ilmu tertentu telah dapat dikatakan mampu membina
atau membimbing anak-anak ? Apakah ilmu pendidikan islam hanya sebatas
pembinaan yang dilakukan oleh orang dewasa? Lalu bagaimana jika seorang dewasa
tersebut tidak menguasai ilmu tertentu untuk dapat disalurkan kepada peserta
didik? Kami berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan, pendidik belum tentu
orang dewasa dan peserta didik juga belum tentu anak-anak. Oleh karena itu, ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang
mempelajari tentang teori-teori atau usaha membimbing dan membina jasmani dan
rohani peserta didik oleh seorang yang berilmu, bertanggung jawab, serta
memiliki kemampuan untuk mendidik sesuai dengan ajaran islam yang bersumber
pada Al-Qur’an dan Hadist.
B.
Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
1.
Peserta Didik
Pendidikan ibarat uang logam
yang memiliki dua isi yang berbeda, namun tidak bisa dipisahkan.begitu pula
dengan pendidik dan peserta didik. Proses pendidikan berarti terjadi aktivitas antara
pemberi dan penerima. Peserta didik merupakan salah satu dari dua sisi yang
bertugas menerima konsep pendidikan agar terbentuk sebagai insan muslim yang
kenal dan tahu akan Tuhan dan agamanya, memiliki akhlak Al-Quran, bersikap,
bersifat, dan bertindak sesuai dengan kaidah Al-Quran.[28]
Sama halnya dengan
teori barat, peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang
tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religious
dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.[29]
Peserta didik dalam
pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara
fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan
di akhirat kelak (Hadari Nawawi, Organisasi
Sekolah dan Pngelolaan Kelas ,1985:128).
Peserta didik
cakupannya lebih luas dari pada anak didik. Peserta didik tidak hanya
melibatkan anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Penyebutan peserta didik juga
mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya sekolah (pendidikan
formal), melainkan juga mencakup lembaga pendidikan nonformal yang ada di
masyarakat, seperti majelis taklim, paguyuban, dan sebagainya. Dengan demikian,
istilah peserta didik ini bukan hanya orang-orang yang belum dewasa dari segi
usia , melainkan juga orang-orang dari segi usia yang sudah dewasa, namun dari
segi mental, wawasan, pengalaman, keterampilan, dan sebagainya masih memerlukan
bimbingan. [30]
Berbagai buku
memberikan pengertian yang berbeda tentang peserta didik dengan anak didik.
Namun, sebagian pula tidak membedakan antara keduanya. Seperti yang tertulis
pada buku karya Abiddin Nata, peserta didik bukan hanya anak-anak , tetapi juga
orang dewasa. Peserta didik cakupannya lebih luas dibanding anak didik.
Walaupun arti anak didik yang dimaksud oleh sebagian penulis adalah bukan asli
sebenarnya anak-anak, tetapi sebagian pembaca memakan mentah arti anak didik
sebagai anak-anak saja. Kami memakai istilah peserta didik sebagai arti yang
lebih luas, yaitu Peserta didik merupakan
semua individu yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius agar terbentuk
sebagai insan muslim yang kenal dan tahu akan Tuhan dan agamanya, memiliki
akhlak Al-Quran, bersikap, bersifat, dan
bertindak sesuai dengan kaidah Al-Quran.
2.
Pendidik
Dalam konteks
pendidikan islam, pendidik sering disebut dengan “murabbi, mu’allim, dan mu’addib”. Ketiga term tersebut mempunyai
semantis masing-masing sesuai dengan penggunaannya dalam konteks pendidikan
islam. Istilah lain pendidik juga disebut dengan “Al-Ustadz” dan “Al-Syaikh”.
Pendidik yang pertama dan utama adalah orang tua, mereka bertanggung jawab
penuh atas perkembangan anak-anaknya sejak dalam kandungan sampai mereka
beranjak dewaasa. Oleh karena itu kesuksesan anak dalam mewujudkan dirinya
sebagai khalifah Allah juga merupakan kesuksesan orang tua sebagai pendidiknya.[31]
Sama halnya dengan
teori barat, pendidik dalam islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun
psikomotorik (karsa).[32]
Dalam Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa
pendidik adalah orang yang mendidik (Perwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia ,1991:250) . Dalam pengertian yang
lazim digunakan, pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya,
agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, mampu berdiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah
SWT ,dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk
individu yang mandiri (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, 2006:87).[33]
Diatas (dalam
pengertian ilmu pendidikan islam) telah kami simpulkan bahwa pendidik bukan hanya orang dewasa saja (dari
segi usia), melainkan individu dari segi mental, wawasan, pengalaman,
keterampilan, dan sebagainya telah mampu memberikan bimbingan serta bertanggung
jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani
dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan
memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri memenuhi tugasnya sebagai hamba
dan khalifah Allah SWT ,dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan
sebagai makhluk individu yang mandiri.
3.
Kurikulum
Dalam bahasa Arab, kata
kurikulum agakknya dapat diterjemahkan dengan istilah “manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan.
Secara terminologi istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dengan
pegertian sejumlah pengetahuan atau mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu
tingkatan atau ijazah.[34]
Kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Kurikulum dalam bidang
pendidikan , dalam arti yang sempit dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Kurikulum sebagaimana dikemukakan
oleh Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, adalah jalan terang yang yang dilalui
oleh pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik dan dilatihnya
untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka (Omar Mohammad
al-Toumy al-Syaibani, 1978:476).
b.
Kurikulum sebagaimana dikemukakan
Crow and Crow adalah rancangan
pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis,
sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu (Crow and
Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, 1990:H.75).
c.
Kurikulum sebagaimana dikemukakan
Abdurrahman Salih Abdullah adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan
berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yang ditetapkan (Abdurrahman Salih Abdullah, Educational Theory a Qur’anic Out look, H.123).[35]
Selanjutnya kurikulum dalam arti yang lebih modern dan luas
dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Kurikulum dalam arti modern,
sebagaimana dikemukakan Addamardasy Sarhan dan Munir Kamil, sebagaimana dikutip
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
budaya, sosial, olahraga, dan seni, yang disediakan oleh sekolah bagi
murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan (Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, H.485).
b.
Kurikulum dalam arti modern,
sebagaimana dikemukakan Hasan Langgulung adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian, baik yang berada di dalam maupun di
luar kelas yang dikelola oleh sekolah (Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, 1987:483-484).[36]
Dari sekian banyak pengertian tentang kurikulum, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kurikulum dalam arti
sempit dan tradisional hanya menggambarkan sebuah rencana pengajaran yang di
susun secara sistematik, yang di dalamnya terdapat unsur tujuan yang ingin
dicapai, nama-nama mata pelajaran, metode, evaluasi, tugas-tugas dan kegiatan
belajar yang harus dilakukan oleh guru dan pelajar. Sementara kurikulum dalam
arti luas tidak hanya mencakup mata pelajaran yang diberikan ke dalam kelas,
melainkan seluruh kegiatan yang dapat memengaruhi pengertian, penghayatan,
pengamalan,dan ketrampilan peserta didik dalam segala bidang baik tertulis
maupun tidak tertulis (hidden curiculum) .
4.
Metode
Dalam konsep
pendidikan, kata metode sering digandengkan dengan kata “mengajar” atau yang
lebih dikenal dengan istilah “metodologi pengajaran”. Mengajar berarti
menyajikan atau menyampaikan sesuatu (sejumlah bahan pelajaran) kepada anak
didik (Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1995:14). Jadi metode pengajaran adalah suatu cara
yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan
pengajaran (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:77-78). Metode pengajaran yang
umum dikenal dalam dunia pendidikan adalah metode ceramah, metode diskusi,
metode eksperimen, metode demonstrasi,
metode pemberian tugas, metode sosiodrana,
metode drill, metode kerja kelompok, metode tanya jawab, metode simulasi, metode karya wisata, dan sebaganya.[37]
Metode pendidikan islam
adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan
didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai suprasistem.
Sedangkan teknik pendidikan islam adalah langkah-langkah konkret pada waktu
seorang pendidik melaksanakan pengajaran di kelas. (Tim Depag, Islam
untuk Disiplin Ilmu pendidikan, 1984: 157)
Muhammad Athiyah
al-Abrasyi mengartika metode sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh
pemahaman pada peserta didik. Abd al-Aziz mengartikan metode dengan cara-cara
memperoleh informasi, pengetahuan, pandangan, kebiasaan berfikir, serta cinta
kepada ilmu, guru dan sekolah. (Omar Muhammad al-Thauni al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, 1979: 551-552).
Jadi teknik merupakan
pengejawantahan dari metode, sedangkan metode merupakan penjabaran dari
asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi al-Islam.[38]
Seluruh pendapat
tentang pengertian dan macam-macam metode pengajaran memiliki inti yang sama,
yaitu metode merupakan cara penyampaian
materi kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan islam.
5.
Evaluasi
Evaluasi berasal dari
kata “to evaluate” yang berarti
menilai. Kata nilai menurut filosofi pengertiannya ialah “idea of worth” menurut Edwin dan Gerald Brown,evaluasi (penilaian
dalam pendidikan) berarti seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan
nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1995:97). Penilaian dalam pendidikan islam bertujuan agar
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan islam benar—benar sesuai
dengan nilai-nilai yang islami, sehingga tujuan pendidikan islam yang
dicanangkan dapat tercapai. Penilaian dan pengukuran dalam pendidikan islam akan
objektif jika didasarkan pada Al-Quran dan Hadist.[39]
Evaluasi pendidikan
islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di
dalam pendidikan Islam. (Zuhairini dkk., Metodik
Khusus Pendidikan Agama, 1981: 139). Program evaluasi ini dirterapkan dalam
rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan
materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan
dengan materi, metode, fasilitas, dan sebagainya.[40]
Evaluasi dapat
diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria
tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun
penilaian dalam rangka membuat keputusan (A. Tabrani Rusyan,dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,1992:183).[41]
Evaluasi dalam proses pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting
guna memperbaiki sistem pengajaran agar mencapai tujuan pendidikan islami.
6.
Lingkungan
Lingkungan adalah
seluruh yang ada, baik manusia, maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak
atau tidak, kejadian-kejadian, atau hal-hal yang berhubungan dengan seseorang.
Sejauh mana seseorang berhubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula
keterbukaan/peluang masuknya pengruh pendidikan kepadanya.[42]
Secara harfiah
lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari kehidupan,
baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa
nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai dan adat istiadat
yang berlaku di masayarakat, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang,
serta teknologi.[43]
7.
Alat Pendidikan
Untuk mencapai tujuan,
pendidikan memerlukan berbagai alat yang dikenal dengan istilah media
pendidikan, audio visual, alat peraga, sarana, dan prasarana pendidikan,dan
sebagainya. Alat atau media pendidikan meliputi segala sesuatu yang dapat
membantu proses pencapaian tuujuan pendidikan.oleh karena penddikan islam
mengutamakan pengajaran ilmu dan pembentukan akhlak, maka alat untuk mencapai
ilmu adalah alat-alat pendidikan ilmu, sedangkan alat untuk pembentukan akhlak
adalah pergaulan.[44]
C.
Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam
Setelah
memperhatikan pengertian dan ruang lingkup pendidikan islam sebagai mana yang
telah disebutkan, maka berikut ini akan diungkapkan kegunaan ilmu pendidikan
islam :
1.
Untuk mengembangkan potensi yang
ada untuk anak didik muslim sebagai makhluk yang dapat dididik.
2.
Untuk mewariskan nilai-nilai
budaya orang islam kepada anak didik sebagai generasi penerus/calon pemimpin
umat.
3.
Karena ilmu pendidikan islam
berlandaskan Al-Quran dan Hadist yang keduanya menggunakan bahasa Arab, dengan
demikian dapat melatih dan mempraktikkan bahasa tersebut kepada anak didik
muslim.
4.
Untuk memberikan pengertian kepada
anak didik bahwa dirinya bukan hanya sebagai seorang muslim yang berpedoman kepada
Al-Quran dan Hadist, tetapi ia juga seorang warga negara Indonesia yang
memiliki falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945[45]
Fungsi pendidikan islam adalah menyediakan adalah menyediakan segala
fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan islam tersebut
tercapai dan berjalan dengan lancar.[46]
Menurut Kurshid Ahmad (Ramayulis, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, 1990: 19-20), fungsi pendidikan islam adalah
sebagai berikut:[47]
1. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat
kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan
bangsa.
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara
garis besarnya melalui pengetahuan dan skill
yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk
menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.
Daftar Pustaka
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers.
Arief, Armai, dan Busahdiar. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT
Wahana Kardofa.
Arifin, Muhammad. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mujib, Abdul, dan Jusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Nata, Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tafsir, Ahmad. 2010. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Zaini, Syahminan. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam
Mulia
[1] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya,
2010), Cet. Ke-9, h.14
[2] Ibid, h.15
[3] Armai arief dan Busahdiar Ilmu pendidikan islam,(jakarta: PT.Wahana
Kardofa,2009) h.4
[4] Ibid
[5] Ibid, h. 5
[6] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002) h.15
[7] Ibid, h.40
[8] Ahmad tafsir, Op.cit.,h.24
[9] Ibid
[10] Ibid, h.25
[11] Ibid, h.26
[12] Ibid
[13] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2010), Cet. Ke-1, h.7
[14] Ibid, h.28l
[15] Ibid
[16] Ibid,h.29
[17] Ibid
[18] Ibid,h.30
[19] Armai Arief, Op. Cit., h. 16
[20] Ibid, h. 29
[21] Ibid, h. 40
[22] Abudin nata,Op.cit h.32
[23] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir,
Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008) h. 2
[24] Armai Arief dan Busahdiar, Op.
cit., h. 7
[25] Armai Arif, Op. cit., h.3
[26] Ahmad Tafsir,Op. cit., h.12
[28] Ibid, h.10
[29] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Op.
cit., h. 103
[31] Ibid, h.11
[34] Armai Arief dan Busahdiar, Op.
cit., h. 12
[35] Ibid., H.122
[38] Abdul Mujib dan Juuf Mudzakkir, Op.
cit., h. 166
[39] Armai Arief dan Busahdiar, Op.
cit., h. 13
[40] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op.cit.,
h. 211
[42] Armai Arief dan Jusuf Mudzakkir, Op.
cit., h.14
[44] Ibid, h. 14
[45] Ibid, h.22
[46] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Op.
cit., h. 68
[47] Ibid, h. 69