Kamis, 01 Desember 2011

Analisi Masalah Manajemen Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan setiap peserta didik. Sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan adanya perencanaan serta manajemen yang baik. Perencanaan yang dimaksud adalah kurikulum pendidikan atau sekolah. Sedangkan manajemen dibutuhkan agar semua kegiatan yang berhubungan dengan belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tetapi dalam pelaksanaan banyak ditemui kendala dalam proses belajar mengajar ini. Banyaknya kendala yang dihadapi juga menurunkan kualitas pendidikan.
 Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan yang sering terjadi dalam dunia pendidikan yaitu rendahnya sarana fisik, kualitas guru, kesejahteraan guru, prestasi siswa, kesempatan pemerataan pendidikan, relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan.
Seperti yang dialami oleh sebuah yayasan yang terdiri dari jenjang RA sampai MA. Dengan berbagai permasalahan yang dialami, sekolah ini tetap berjalan meskipun dengan kondisi yang memprihatinkan.
Beberapa masalah yang muncul adalah jumlah murid baru di MTs yayasan tersebut sangat kurang, bahkan jumlah siswa baru yang hanya 16 siswa. Masalah kedua tentang seorang anak pemilik yayasan yang ingin mengajar dalam yayasan tersebut, tetapi ia tidak memiliki ijazah S1 maupun akta 4, karena ia lulusan dari pondok pesantren. Kemudian masalah yang ketiga adalah tentang usulan para guru yang menginginkan pergantian kurikulum, karena merasa bahwa siswa-siswa di yayasan tersebut tidak mampu mengikuti kurikulum yang berlaku saat ini.
Ketiga masalah tersebut adalah masalah yang banyak terjadi dalam dunia pendidikan di negri ini. Maka sebagai seorang pendidik, kita harus mengetahui mengapa sampai muncul masalah-masalah seperti yang telah disebutkan di atas. Sehingga para pendidik dapat mencari solusi dan dapat mengantisipasinya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kurangnya jumlah siswa
Seringkali sekolah mendapatkan masalah tentang jumlah siswa yang tidak memenuhi standar. Sehingga sekolah tersebut tidak dapat melaksanakan UN sendiri. Bahkan jika hal ini terjadi dalam beberapa tahun penerimaan siswa baru, maka sekolah terancam ditutup.
Demikian yang dialami oleh MTs sebuah yayasan tersebut. Kepala sekolah MTs telah menggunakan berbagai upaya untuk  mempromosikan sekolahnya kepada MI dari yayasan itu. Mungkin ada beberapa hal yang membuat masyarakat tidak percaya untuk menyekolahkan anak-anak mereka di MTs tersebut, diantaranya:
1)      Rendahnya tingkat prestasi siswa dan sekolah
2)      Kurangnya fasilitas penunjang yang memadai
3)      Kurangnya manajemen yang baik dalam sekolah maupun yayasan
4)      Sistem perekrutan siswa baru yang kurang maksimal
5)      Kurangnya dana
6)      Kurangnya kerja sama dengan sekolah lain
7)      Kurangnya sosialisasi dengan masyarakat setempat
8)      Lokasi sekolah tidak sesuai, mungkin lokasi yang kebanyakan masyarakatnya tidak mempunyai anak usia sekolah, lokasi yang terlalu berdekatan dengan jalan utama sehinga menciptakan suasana yang tidak kondusif, serta lain sebagainya.
Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap MTs tentunya tidak mudah. Apalagi image MTs yang yang tidak lebih baik dengan SMP. Sehingga MTs harus meningkatkan daya saing terhadap MTs-MTs lain, bahkan SMP. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa upaya, diantaranya:
1)      Meningkatkan promosi semenarik mungkin, bukan hanya di lingkungan yayasan, tetapi juga masyarakat sekitar. Seperti pemberian seragam gratis, keringanan uang gedung atau perawatan sekolah, dll.
2)      Meningkatkan kualitas peserta didik dan sekolah
3)      Meningkatkan fasilitas penunjang, seperti perpustakaan, labolatorium, lapangan, dll
4)      Mencoba menggalang dana baik dari negri maupun swasta
5)      Memberi beasiswa penuh kepada anak-anak kurang mampu dan juga anak-anak berprestasi untuk ditingkatkan akademisnya
6)      Membentuk kerja sama dengan sekolah-sekolah lain
7)      Melakukan sosialisasi terhadap wali murid di yayasan tersebut serta masyarakat setempat
8)      Memberi imbalan kepada siswa atau pun umum yang bisa mendaftarkan siswa baru kesekolah tersebut
9)      Relokasi sekolah jika diperlukan
Semua upaya tidak terlepas dari pemaksimalan fungsi administrasi atau manajemen pendidikan. Agar dalam pecapaian tujuan dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya proses administrasi pendidikan yang meliputi fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, komunikasi, supervise, kepegawaian, pembiayaan, dan evaluasi. Semua fungsi tersebut saling berkaitan, sehingga jika ada salah satu fungsi yang lemah, maka kegiatan tidak akan berjalan maksimal.
Dengan mengembalikan lagi kepercayaan masyarakat, sekolah tidak akan lagi kesulitan mendapatkan siswa. Bahkan para orangtua dan calon siswa yang akan mencari serta berlomba-lomba untuk masuk ke sekolah tersebut.

B.     Masalah Penerimaan Guru Baru
Guru adalah sebuah profesi yang memiliki citra mulia dalam pandangan masyarakat. Demikian juga pandangan salah seorang anak pemilik yayasan sedang banyak masalah ini. Dia sangat berkeinginan untuk menjadi satu dari sekian guru yang mengajar dalam yayasan. Semboyan ‘guru tanpa tanda jasa’ menjadikannya ingin merelakan sisa hidupnya untuk mengabdi dalam dunia pendidikan. Bahkan dia sempat mengatakan kepada ayahnya, yang merupakan pemilik yayasan, bahwa dia bersedia mengajar tanpa digaji, semuanya lillahi ta’ala. Sehingga pemilik yayasan ini terus membujuk kepada kepala-kepala sekolah di yayasan tersebut untuk mau menerima anaknya menjadi salah satu pengajar. Tetapi hal yang memberatkan para kepala sekolah adalah bahwa dia tidak mempunyai basic pendidikan di bidang keguruan. Dia merupakan alumni pondok pesantren yang notabennya tidak memiliki ijazah S1 atau pun akta IV.
Guru adalah sebuah profesi, sedangkan profesi itu  sendiri dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mensyaratkan persiapan spesialisasi akademik dalam waktu yang relative lama di perguruan tinggi,baik dalam bidang sosial, eksakta,maupun seni dan pekerjaan itu lebih bersifat mental intelektual dari pada fisik manual,yang dalam mekanisme kerjanya di bawah naungan kode etik (Sirkum pribadi).
  Berdasar definisi tersebut, maka jika ingin menjadi seorang guru, maka diperlukan adanya pendidikan berlanjut ke jenjang S1.Hal tersebut juga sesuai dengan ketetapan pemerintah saat ini, yang mensyaratkan pendidikan guru minimal S1. Selain itu, syarat untuk menjadi seorang guru, antara lain:
1)      Komitmen tinggi
2)      Memiliki kepribadian yang mantab dan berkembang
3)      Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat belajar siswa
4)      Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat
5)      Sikap profesionalannya berkembang secara berkesinambungan
Untuk itu, kepala sekolah juga harus memperhatikan syarat-syarat untuk menjadi guru yang lainnya. Bukan hanya masalah ijazah. Tanpa ijazah bukan berarti tanpa kemampuan. Kemampuan disini lebihdi tekankan dari pada ijazah, tetapi tetap saja ijazah menjadi hal yang wajib untuk menunjang kematangannya menjadi seorang guru. Dia bisa diterima dengan syarat mau melanjutkan pendidikan formal jurusan pendidikan ke tingkat sarjana.
Tanpa basic pendidikan, maka kepala sekolah juga harus membimbing, mengawasi dan mengarahkannya dalam proses mengajarnya secara intensif pada masa awal pengajarannya. Kepala sekolah juga harus bijak untuk menentukan mata pelajaran yang sesuai dengan kemampuannya yang basic pendidikannya adalah pesantren, maka mata pelajaran yang cocok untuk diajarkannya adalah mata pelajaran agama islam, seperti nahwu dan shorof, tauhid, hadist, dan sejenisnya. Selain itu, untuk menunjang kemampuannya, maka perlu untuknya diikutkan ke seminar-seminar atau pelatihan-pelatihan pendidikan, karena tugas guru bukan hanya mengajar materi di kelas, tetapi juga membimbing siswa-siswanya untuk menjadi manusia yang guna. Selain itu, juga harus memiliki keterampilan guru, yaitu sebagai administrator pendidikan, yang membuat proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Seperti membuat silabus, RPP, media pembelajaran, dll.

C.    Masalah Guru terhadap Kurikulum
Para guru mengeluhkan tentang ketidak mampuan siswa dalam mengikuti materi yang disampaikan, atau siswa dianggap terlalu bodoh untuk mencerna materi yang diajarkan mengikuti kurikulum yang ada. Sehinga para guru mengusulkan kepada kepala sekolah untuk mengganti kurikulum yang ada sekarang sesuai dengan kemampuan siswa.
Kurikulum yang dipakai saat ini adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, social budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. kurikulum di indonesia sendiri bersifat sentralisasi, yaitu kurikulum yang disusun oleh tim atau komisi khusus yang terdiri atas para ahli. Disini dalam pendidikan telah ditetapkan standar-standar pelajaran dan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap siswa dengan kelas dan jenjang masing-masing. sedangkan yang dimaksud kebebasan dalam sekolah, masih terbatas untuk mengembangkan masing-masing potensi yang dimiliki Sehingga, tidak bisa begitu saja diubah. Kalau yayasan tersebut menggunakan kurikulum yang berbeda, maka akan ada ketidak seragaman, tidak adanya standar penilaian yang sama, adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah lain dan mungkin kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Di Indonesia sendiri setiap tahunnya mengadakan UN (Ujian Nasional) bagi tingkat akhir masing-masing jenjang pendidikan. Hal ini ditujukan sebagai standarisasi pendidikan. Kalau kurikulum di ubah, maka siswa pun tidak dapat mengikuti UN.
Beberapa penyebab yang mungkin terjadi karena siswa tidak dapat mencerna pelajaran dengan baik, selain dari faktor kurikulum yang tidak sesuai adalah:
1)      Kualitas staf pengajar yang rendah
2)      Suasana kelas yang tidak kondusif dalam proses belajar mengajar
3)      Minimnya media pembelajaran
4)      Metode pengajaran yang tidak sesuai
5)      Banyaknya tindakan indisipliner baik dari staf pengajar maupun dari siswa
Melihat dari beberapa faktor yang dapat menimbulkan siswa tidak mampu menyerap pelajaran dengan baik, maka dapat dilakukan beberapa upaya, selain mengganti kurikulum yang ada. Antara lain:
1)      Meningkatkan kualitas staf pengajar yang ada
2)      Menciptakan suasana yang kondusif di kelas
3)      Menggunakan berbagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
4)      Karena setiap anak mempunyai cara belajar yang berbeda, maka perlu digunakan  berbagai metode pembelajaran.
5)      Meningkatkan kedisiplinan di lingkungan sekolah
6)      Menjalin kerja sama dengan sekolah-sekolah lainnya dalam pengadaan tenaga pengajar yang profesional
7)      Kepala sekolah atau orang lain yang di datangkan untuk menjadi supervisor kegiatan belajar mengajar di kelas
8)      Melakukan evaluasi rutin terhadap guru-guru
9)      Menyebar rata murid-murid yang dianggap pintar dalam pembagian kelas
10)  Mengadakan les gratis khusus atau les selain les rutin bagi anak-anak yang tidak mampu mengikuti pelajaran
11)  Mengadakan studi banding serta seminar tentang kurikulum bagi guru-guru
12)  Meningkatkan pendidikan para guru
13)  Memberi motivasi agar siswa rajin belajar, dsb.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan akademik siswa. Tidak mungkin semua siswa dalam sekolah iti yang bodoh. Ketidak mampuan siswa tidak dapat disalahkan. Tetapi kemampuan para gurulah yang harus ditingkatkan.



DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Ngalim.2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Fun88 Casino: Play in Online Casino!
Fun88 Casino is a safe, reliable fun88 vin and reliable way to gamble in the online casino world. Check our Fun88 casino review to find out starvegad more about this ラッキーニッキー brand.

Posting Komentar