Selasa, 20 Maret 2012

Pengertian Ruang Lingkup serta Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam


Pendahuluan
Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang  menentukan terhadap eksistensi dan perkembangan masyarakatnya, hal ini karena pendidikan merupakan proses usaha melestarikan , mengalihkan, serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerus.
Demikian pula dengan peranan islam, pendidikan islam bila dilihat dari aspek cultural umat manusia, merupakan salah satu alat pembudayaan (enkulturasi) masyarakat manusia itu sendiri.
Ada beberapa alasan mengapa ilmu pendidikan sangat diperlukan, antara lain:
1.      Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia yang harus melalui proses yang panjang, dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan segera
2.      Pendidikan islam yang bersumber dari nilai-niai ajaran islam harus bisa menanamkan atau membentuk sikap hidup yang diiwai nilai-nilai tersebut
3.      Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan untuk menyejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan umat manusia di dunia dan di akhirat
4.      Ruang lingkup kependidikan islam mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia
Oleh karena itu, dari segi teoritis pendidikan islam berarti konsep berfikir yang bersifat mendalam dan terperinci tentang masalah kependidikan yang bersumberkan ajaran islam mulai dari rumusan-rumusan konsep dasar, pola, system, tujuan, metode, dan materi kependidikan islam yang disusun menjadi suatu ilmu yang bulat.
Dengankata lain ilmu pendidikan islam dalam teori-teorinya mengandung kesesuaian pandangan dengan teori-teori dalam ilmu pedagogic terutama yang menyangkut anak didik, pendidik, alat-alat, dan cita-cita, sehingga tampak jelas bahwa dalam teori kependidikan Islam terkandung nilai-nilai ilmiah pedagogis yang abash dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya dunia ilmu pendidikan.


A.    Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu (sains) adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap objek-objek yang empiris, benar tidaknya teori sains ditentukan oleh logis tidaknya dan ada tidaknya bukti empiris[1].
Sains (ilmu) adalah pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti empiris[2].
Secara definitif, ilmu sebagaimana dikemukakan oleh al-Jurjani dalam bukunya Al-ta’rifat, adalah sebagai berikut : (Tim Dosen Sunan Ampel Malang, Dasar-dasar Kependidikan Islam, 1996:16)
1.      Ilmu merupakan kesimpulan yang pasti yang sesuai dengan keadaan sesuatu
2.      Ilmu adalah menetapnya ide (gambaran) tentang sesuatu dalam jiwa atau akal seseorang
3.      Ilmu adalah sampainya jiwa kepada hakikat sesuatu[3]
Kata ilmu berasal dari kata dasar  “Alima-Yaklamu” yang berarti mengerti atau memberi tanda (mengetahui). Sehingga ilmu dapat juga dikatakan sebagai kesimpulan sesuatu yang didapatkan seseorang melalui panca indera, baik dengan melihat, mendengar, mengucap, menyentuh, mencium, merasa, dan sebagainya.[4]
Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewaa agar ia menjadi dewasa. Perkembangan selanjutnya pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jamani dan rohaninya kearah kedewasaan.[5]
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas memiliki tujuan[6].
Pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawabuntuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari[7].
Pendidikan menurut orang awam adalah mengajari murid di sekolah, melatih anak hidup sehat, melatih silat, menekuni penelitian, membawa anak ke masjid atau ke gereja, melatih anak menyanyi, bertukang, dan lain-lain.[8]
Marimba (Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, 1989:98) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama[9].
Lodge (Philosophy of Education, 1974:23) menyatakan bahwa pendidikan itu menyakut seluruh pegalaman. Dalam pengertian luas ini kehidupan adalah pendidikan, dan pendidikan adalah kehidupan.[10]
Park (Selected Reading in the Phyloshophy of Education, 1962:3) menyatakn bahwa pendidikan adalah the art of imparting or acquiring knowladge and habit through instructional as study.[11]
Pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi adalah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati.[12]
Jika ditelusuri ayat-ayat al-Quran dan matan as-Sunnah secara mendalam dan komprehensif sesungguhnya terdapat kata-kata yang berhubungan dengan pendidikan diantaranya al-tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib, al-tazkiyah, al-muwaidzah, al-tafaqquh, al-tilawah, al-tahzib, al-irsyad, al-tabyin, al-tafakkur, al-ta’aqqul, dan al-tadabbur[13].
Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Saybani (Falsafah Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, 1979:399) pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profsi-profesi asasi dalam masyarakat[14].
Menurut Hasan Langgulung (Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, 1986:32) pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada anak-anak atau orang-orang yang sedang dididik[15].
Menurut Ahmad Fuad Al-Ahwaniy (al-Tarbiyah fi al-Islam) pendidikan adalah pranata yang bersifat sosial yang tumbuh dari pandangan hidup tiap masyarakat [16]
Menurut Ali Khalil Abul A’inain (Falsafah Al-Tarbiyah Al-Islamiyah fi Al-Quran Al -Karim, 1980) pendidikan adalah program yang bersifat kemasyarakatan, dan oleh karena itu, setiap falsafah yang dianut oleh suatu masyarakat berbeda dengan falsafah yang dianut masyarakat lain sesuai dengan karakternya, serta kekuatan peradaban yang memengaruhinya yang dihubungkan dengan upaya menegakan spiritual dan falsafah yang dipilih dan disetujui untuk memperoleh kenyamanan hidupnya[17]
Menurut Muhammad Athiyah Al Abrasyi (al tarbiyah al islamiyah fi al-quran al karim, 1975:23), pendidikan islam tidak seluruhnya bersifat keagamaan, akhlak, dan spiritual, namun tujuan ini merupakan landasan bagi tercapainya tujuan yang bermanfaat.[18]
Menurut rumusan konferensi pendidikan islam sedunia yang ke-2, pada tahun 1980 di islamabad. Pendidikan islam adalah pendidikan yang harus ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan personalitas manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia pada seluruh aspeknya: spiritual, intelektual, daya imajinasi, fisik, keilmuan, dan bahasa, baik secara individual maupun kelompok, serta mendorong seluruh aspek tersebut untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan.
Pendidikan islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manuia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Alquran dan sunnah.[19]
Pendidikan islam adalah pendidikan yang berdasarkan Alquran dan As-Sunah selain mempunyai tujuan keilmuan, juga mempunyai tujuan menjadikan manusia sebagai khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengann baik.[20]
Pendidikan islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT baik kepada Tuhannya, sesama manusia, sesama makhluk lainnya.[21]
Pengertian islam dari segi bahasa berasal dari kata aslama, yuslima, islaman, yang berarti submission (ketundukan), resignation (pengunduran), dan reconciliation (perdamaian), (to the will of God) (tunduk kepada kehendak Allah) (John M. Echols dan Hasan Shadily, kamus inggris indonesia hal 426 )[22] kata aslama berasal dari kata salima, berarti peace, yaitu: damai, aman, dan sentosa.pengertian islam yang demikian itu, sejalan dengan tujuan ajaran islam, yaitu untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada tuhan, sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa, serta sejalan pula dengan misi ajaran islam, yaitu menciptakan kedamaian di muka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada tuhan.
Makna islam sebagai paradigma ilmu pendidikan adalah suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas ilmu pendidikan sebagaimana islam memahamimnya. Islam sebagai paradigma ilmu pendidikan juga memiliki arti konstruksi siistem pendidikan yang didasarkan atas nilai-nilai universal Islam.[23]
Islam adalah agama wahyu yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan hadits yang disampaikan kepada umat islam melalui Rasulullah SAW.[24]
Ilmu pendidikan islam merupakan prinsip, struktur, metodologi, dan obyek yang meiliki karakteristik epistemologi ilmu islami.[25]
Ilmu pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang berdaskan islam.ilmu pendidikan islam juga bisa dikatakan sebagai ilmu pendidikan yang berdaskan al-quran, hadis, dan akal[26]
Ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang mempelajari tentang teori-teori atau usaha membimbing dan membina jasmani dan rohani anak didik oleh orang dewasa sesuai dengan ajaran islam yang bersumber pada al-quran dan hadis.[27] Definisi ilmu pendidikan islam dalam pengertian ini merupakan bimbingan dan binaan dari orang dewasa. Ini berarti seorang yang dapat dikatakan belum dewasa tidak dapat menjadi seorang pendidik. Lalu bagaimana jika seorang remaja (belum dewasa) yang telah menguasai ilmu tertentu telah dapat dikatakan mampu membina atau membimbing anak-anak ? Apakah ilmu pendidikan islam hanya sebatas pembinaan yang dilakukan oleh orang dewasa? Lalu bagaimana jika seorang dewasa tersebut tidak menguasai ilmu tertentu untuk dapat disalurkan kepada peserta didik? Kami berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan, pendidik belum tentu orang dewasa dan peserta didik juga belum tentu anak-anak. Oleh karena itu, ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang mempelajari tentang teori-teori atau usaha membimbing dan membina jasmani dan rohani peserta didik oleh seorang yang berilmu, bertanggung jawab, serta memiliki kemampuan untuk mendidik sesuai dengan ajaran islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist.

B.     Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam

1.      Peserta Didik
Pendidikan ibarat uang logam yang memiliki dua isi yang berbeda, namun tidak bisa dipisahkan.begitu pula dengan pendidik dan peserta didik. Proses pendidikan berarti terjadi aktivitas antara pemberi dan penerima. Peserta didik merupakan salah satu dari dua sisi yang bertugas menerima konsep pendidikan agar terbentuk sebagai insan muslim yang kenal dan tahu akan Tuhan dan agamanya, memiliki akhlak Al-Quran, bersikap, bersifat, dan bertindak sesuai dengan kaidah Al-Quran.[28]
Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religious dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.[29]
Peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak (Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pngelolaan Kelas ,1985:128).
Peserta didik cakupannya lebih luas dari pada anak didik. Peserta didik tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Penyebutan peserta didik juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya sekolah (pendidikan formal), melainkan juga mencakup lembaga pendidikan nonformal yang ada di masyarakat, seperti majelis taklim, paguyuban, dan sebagainya. Dengan demikian, istilah peserta didik ini bukan hanya orang-orang yang belum dewasa dari segi usia , melainkan juga orang-orang dari segi usia yang sudah dewasa, namun dari segi mental, wawasan, pengalaman, keterampilan, dan sebagainya masih memerlukan bimbingan. [30]
Berbagai buku memberikan pengertian yang berbeda tentang peserta didik dengan anak didik. Namun, sebagian pula tidak membedakan antara keduanya. Seperti yang tertulis pada buku karya Abiddin Nata, peserta didik bukan hanya anak-anak , tetapi juga orang dewasa. Peserta didik cakupannya lebih luas dibanding anak didik. Walaupun arti anak didik yang dimaksud oleh sebagian penulis adalah bukan asli sebenarnya anak-anak, tetapi sebagian pembaca memakan mentah arti anak didik sebagai anak-anak saja. Kami memakai istilah peserta didik sebagai arti yang lebih luas, yaitu Peserta didik merupakan semua individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius agar terbentuk sebagai insan muslim yang kenal dan tahu akan Tuhan dan agamanya, memiliki akhlak Al-Quran, bersikap, bersifat, dan bertindak sesuai dengan kaidah Al-Quran.

2.      Pendidik
Dalam konteks pendidikan islam, pendidik sering disebut dengan “murabbi, mu’allim, dan mu’addib”. Ketiga term tersebut mempunyai semantis masing-masing sesuai dengan penggunaannya dalam konteks pendidikan islam. Istilah lain pendidik juga disebut dengan “Al-Ustadz” dan “Al-Syaikh”. Pendidik yang pertama dan utama adalah orang tua, mereka bertanggung jawab penuh atas perkembangan anak-anaknya sejak dalam kandungan sampai mereka beranjak dewaasa. Oleh karena itu kesuksesan anak dalam mewujudkan dirinya sebagai khalifah Allah juga merupakan kesuksesan orang tua sebagai pendidiknya.[31]
Sama halnya dengan teori barat, pendidik dalam islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).[32]
Dalam Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik adalah orang yang mendidik (Perwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia ,1991:250) . Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ,dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, 2006:87).[33]   
Diatas (dalam pengertian ilmu pendidikan islam) telah kami simpulkan bahwa pendidik bukan hanya orang dewasa saja (dari segi usia), melainkan individu dari segi mental, wawasan, pengalaman, keterampilan, dan sebagainya telah mampu memberikan bimbingan serta bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ,dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.

3.      Kurikulum
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum agakknya dapat diterjemahkan dengan istilah “manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui  oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Secara terminologi istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dengan pegertian  sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.[34] Kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Kurikulum dalam bidang pendidikan , dalam arti yang sempit dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       Kurikulum sebagaimana dikemukakan oleh Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, adalah jalan terang yang yang dilalui oleh pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik dan dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka (Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, 1978:476).
b.      Kurikulum sebagaimana dikemukakan Crow and Crow adalah  rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis, sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu (Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, 1990:H.75).
c.       Kurikulum sebagaimana dikemukakan Abdurrahman Salih Abdullah adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan (Abdurrahman Salih Abdullah, Educational Theory a Qur’anic Out look, H.123).[35]
Selanjutnya kurikulum dalam arti yang lebih modern dan luas dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       Kurikulum dalam arti modern, sebagaimana dikemukakan Addamardasy Sarhan dan Munir Kamil, sebagaimana dikutip Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani adalah sejumlah pengalaman pendidikan, budaya, sosial, olahraga, dan seni, yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan (Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, H.485).
b.      Kurikulum dalam arti modern, sebagaimana dikemukakan Hasan Langgulung adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian, baik yang berada di dalam maupun di luar kelas yang dikelola oleh sekolah (Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, 1987:483-484).[36]
Dari sekian banyak pengertian tentang kurikulum, dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum dalam arti sempit dan tradisional hanya menggambarkan sebuah rencana pengajaran yang di susun secara sistematik, yang di dalamnya terdapat unsur tujuan yang ingin dicapai, nama-nama mata pelajaran, metode, evaluasi, tugas-tugas dan kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh guru dan pelajar. Sementara kurikulum dalam arti luas tidak hanya mencakup mata pelajaran yang diberikan ke dalam kelas, melainkan seluruh kegiatan yang dapat memengaruhi pengertian, penghayatan, pengamalan,dan ketrampilan peserta didik dalam segala bidang baik tertulis maupun tidak tertulis (hidden curiculum)  .

4.      Metode
Dalam konsep pendidikan, kata metode sering digandengkan dengan kata “mengajar” atau yang lebih dikenal dengan istilah “metodologi pengajaran”. Mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan sesuatu (sejumlah bahan pelajaran) kepada anak didik (Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:14). Jadi metode pengajaran adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:77-78). Metode pengajaran yang umum dikenal dalam dunia pendidikan adalah metode ceramah, metode diskusi, metode eksperimen, metode demonstrasi, metode pemberian tugas, metode sosiodrana, metode drill, metode kerja kelompok, metode tanya jawab, metode simulasi, metode karya wisata, dan sebaganya.[37]
Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai suprasistem. Sedangkan teknik pendidikan islam adalah langkah-langkah konkret pada waktu seorang pendidik melaksanakan pengajaran di kelas. (Tim Depag,  Islam untuk Disiplin Ilmu pendidikan, 1984: 157)
Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengartika metode sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada peserta didik. Abd al-Aziz mengartikan metode dengan cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan, pandangan, kebiasaan berfikir, serta cinta kepada ilmu, guru dan sekolah. (Omar Muhammad al-Thauni al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, 1979: 551-552).
Jadi teknik merupakan pengejawantahan dari metode, sedangkan metode merupakan penjabaran dari asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi al-Islam.[38]
Seluruh pendapat tentang pengertian dan macam-macam metode pengajaran memiliki inti yang sama, yaitu metode merupakan cara penyampaian materi kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan islam.

5.      Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti menilai. Kata nilai menurut filosofi pengertiannya ialah “idea of worth” menurut Edwin dan Gerald Brown,evaluasi (penilaian dalam pendidikan) berarti seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:97). Penilaian dalam pendidikan islam bertujuan agar keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan islam benar—benar sesuai dengan nilai-nilai yang islami, sehingga tujuan pendidikan islam yang dicanangkan dapat tercapai. Penilaian dan pengukuran dalam pendidikan islam akan objektif jika didasarkan pada Al-Quran dan Hadist.[39]
Evaluasi pendidikan islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam. (Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, 1981: 139). Program evaluasi ini dirterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, dan sebagainya.[40]
Evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan (A. Tabrani Rusyan,dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,1992:183).[41]
Evaluasi dalam proses pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting guna memperbaiki sistem pengajaran agar mencapai tujuan pendidikan islami.



6.      Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh yang ada, baik manusia, maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak, kejadian-kejadian, atau hal-hal yang berhubungan dengan seseorang. Sejauh mana seseorang berhubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula keterbukaan/peluang masuknya pengruh pendidikan kepadanya.[42]
Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai dan adat istiadat yang berlaku di masayarakat, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang, serta teknologi.[43]

7.      Alat Pendidikan
Untuk mencapai tujuan, pendidikan memerlukan berbagai alat yang dikenal dengan istilah media pendidikan, audio visual, alat peraga, sarana, dan prasarana pendidikan,dan sebagainya. Alat atau media pendidikan meliputi segala sesuatu yang dapat membantu proses pencapaian tuujuan pendidikan.oleh karena penddikan islam mengutamakan pengajaran ilmu dan pembentukan akhlak, maka alat untuk mencapai ilmu adalah alat-alat pendidikan ilmu, sedangkan alat untuk pembentukan akhlak adalah pergaulan.[44]


C.    Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam

Setelah memperhatikan pengertian dan ruang lingkup pendidikan islam sebagai mana yang telah disebutkan, maka berikut ini akan diungkapkan kegunaan ilmu pendidikan islam :
1.      Untuk mengembangkan potensi yang ada untuk anak didik muslim sebagai makhluk yang dapat dididik.
2.      Untuk mewariskan nilai-nilai budaya orang islam kepada anak didik sebagai generasi penerus/calon pemimpin umat.
3.      Karena ilmu pendidikan islam berlandaskan Al-Quran dan Hadist yang keduanya menggunakan bahasa Arab, dengan demikian dapat melatih dan mempraktikkan bahasa tersebut kepada anak didik muslim.
4.      Untuk memberikan pengertian kepada anak didik bahwa dirinya bukan hanya sebagai seorang muslim yang berpedoman kepada Al-Quran dan Hadist, tetapi ia juga seorang warga negara Indonesia yang memiliki falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945[45]
Fungsi pendidikan islam adalah menyediakan adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar.[46]
Menurut Kurshid Ahmad (Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, 1990: 19-20), fungsi pendidikan islam adalah sebagai berikut:[47]
1.      Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan bangsa.
2.      Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.

Daftar Pustaka

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Arief, Armai, dan Busahdiar. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Wahana Kardofa.
Arifin, Muhammad. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mujib, Abdul, dan Jusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nata, Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tafsir, Ahmad. 2010. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Zaini, Syahminan. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia



[1] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif  Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010), Cet. Ke-9, h.14
[2] Ibid, h.15
[3] Armai arief dan Busahdiar Ilmu pendidikan islam,(jakarta: PT.Wahana Kardofa,2009) h.4
[4] Ibid
[5] Ibid, h. 5
[6] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h.15
[7] Ibid, h.40
[8] Ahmad tafsir, Op.cit.,h.24
[9] Ibid
[10] Ibid, h.25
[11] Ibid, h.26
[12] Ibid
[13] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-1, h.7
[14] Ibid, h.28l
[15] Ibid
[16] Ibid,h.29
[17] Ibid
[18] Ibid,h.30
[19] Armai Arief, Op. Cit., h. 16
[20] Ibid, h. 29
[21] Ibid, h. 40
[22] Abudin nata,Op.cit h.32
[23] Abdul Mujib dan Jusuf  Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008) h. 2
[24] Armai Arief dan Busahdiar, Op. cit., h. 7
[25] Armai Arif, Op. cit., h.3
[26] Ahmad Tafsir,Op. cit., h.12
[27] Armai arief dan Busahdiar , Op.cit., h.7
[28] Ibid, h.10
[29] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Op. cit., h. 103
[30] Abuddin Nata, op.cit., h.173
[31] Ibid, h.11
[32] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, h. 74
[33] Abudin Nata, Op. cit., h.159
[34] Armai Arief dan Busahdiar, Op. cit., h. 12
[35]  Ibid., H.122
[36] Abudin Nata, Op. cit., 124
[37] Armai Arief dan Busahdiar, Op. cit., h.13
[38] Abdul Mujib dan Juuf Mudzakkir, Op. cit., h. 166
[39] Armai Arief dan Busahdiar, Op. cit., h. 13
[40] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op.cit., h. 211
[41] Abuddin Nata, Op.cit., h. 307
[42] Armai Arief dan Jusuf Mudzakkir, Op. cit., h.14
[43] Ibid., h. 291
[44] Ibid, h. 14
[45] Ibid, h.22
[46] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Op. cit., h. 68
[47] Ibid, h. 69